Kadang, saya merasa anak kandung Indonesia itu cuma Jakarta dan sekitarnya.
Bagaimana tidak?
- Bikin paspor elektronik supaya bisa bebas visa ke Jepang, cuma tersedia di Jakarta.
- Workshop menulis fiksi bersama penulis kawakan yang entah siapa namanya itu, cuma ada di kafe entah apa namanya di Jakarta sana. Gimana mau jadi penulis kawakan coba?
- Bincang Foto dalam rangka Explorer’s Day yang diadakan National Geographic, cuma ada di Bentara Budaya, Tanah Abang (bukan Tanah Adek), Jakarta Pusat sana.
- Konser Katy Perry bulan Mei kemarin di Indonesia, juga diadakan di ICE BSD City. Silakan gugel kalau kalian ingin tahu kepanjangan dari ICE dan BSD. Pastinya sih nggak ada sangkut pautnya dengan ICE CREAM GORENG.
- Konser Ariana Grande 26 Agustus kemarin pun diadakan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.
- INACRAFT, juga di Jakarta.
- Jakarta Fashion Week, juga di Jakarta. Ya kalo yang ini mah so pasti di Jakarta dong, ya? Kan nggak lucu kalo dibikin di Samosir…
- Terakhir, konser Jon Bovi bulan September kemarin, juga diadakan di….Gelora Bung Karno Medan… Eh, Jakarta maksud saya…
Kampret. Jakarta melulu, Jakarta melulu.
Ia bagaikan taman indah yang dipenuhi berbagai macam bunga, mengundang berduyun kumbang singgah dan menghisap manisnya sari. Sementara kota lain seperti Balikpapan, tempat tinggal saya sekarang ini, cuma ‘anak tiri’ sebagai objek pelengkap.
Trus gimana dong? Apa saya harus pindah ke Jakarta? Gimana kalo Jakartanya saja yang dipindahkan? Kan katanya mesti “think out of the box” agar ada perubahan yang berarti. Makanya gimana kalo ibukota Indonesia ini saja yang dipindah ke kota lain, seperti Balikpapan, misalnya.
Balikpapan memenuhi beberapa syarat menjadi ibu kota. Diantaranya: luas daerah cukup untuk pengembangan pembangunan, tidak rawan bencana, ada bandara, pelabuhan, terminal, dlst.
Kalau pun misalnya agak berat untuk memindahkan pusat pemerintahan, ya setidaknya memindahkan pusat bisnis dulu lah, supaya semuanya tidak terpusat di Jakarta saja.
Mudah-mudahan kalo udah dipindah, nantinya Balikpapan bisa menyaksikan U2 konser. Nggak cuma gigit jari kayak kemarin pas denger kabar Bon Jovi konser.
Dengan 10 juta penduduknya, masuk akal memang kalau konser Bon Jovi September lalu diadakan di GBK Jakarta, bukannya di lapangan Merdeka Balikpapan yang ‘hanya’ berpenduduk 700.000 jiwa. Mungkin penyelenggara kuatir tekor, bisa-bisa yang nonton cuma seiprit, plus nyamuk dan semut.
Eh, tapi, kalo nanti beneran jadi pindah, banjir dan macetnya jangan ikutan ya?
Disclaimer: Tulisan ini bukan ujaran kebencian. Justru sebaliknya. Tulisan ini muncul karena cinta negeri.
Kenapa pantai-pantai yang keren, gunung-gunung yang indah adanya di daerah. Hiksss.. masa mau ngepantai mesti ke Ancol yang jorok nian itu hehehehe..
LikeLike
Hahahh eda nyari pantai, aku nyari konser XD
LikeLiked by 1 person
surabaya bisa mba, yg onlen 😀
tapi kayanya emang iya, jakarta minded banget 😀
LikeLike
Kalo gitu Eda udah bisa ke Jepang bebas visa dong 😀
LikeLike
Hahahaha mbaak padahal kita yang di Tanggerang Selatan aja mikirnya sama loh Padahal udah punya ICE 😆
LikeLike
Wah, mbak Maya sama kayak komentar mbak Kiki di atas dong ya.. Bahkan penduduk Tangsel pun mikirnya gitu… Haiyaahh…
LikeLike
iya. apa-apa pusatnya di Jakarta. wajar aja kalau makin padet. tidak merata ke daerah lain soalnya. pusatnya apa-apa ada di sana.. hmmm.
LikeLike
Kalo semua tidak terpusat di Jakarta, aku yakin, penduduk pun bakal menyebar ke daerah2 lain
LikeLiked by 1 person
kemungkinan besar nih ya, kenapa banyak event milih jakarta sebagai objeknya?
1. masyarakatnya udah suntuk, butuh hiburan dan sekalinya ada acara macam konser, pasti penuh. Dari harga tiket pun nggak masalah mahal kalo di jakarta
2. teknologi paling maju (dalam arti update dll) itu ya di jakarta. Pusat negara, semua tumplek di situ.
3. sponsor macam perusahaan besar banyaknya di jakarta.
lengkaplah sudah kesumpekan kota itu hehe
LikeLike
Nah itu dia, trus jadinya kan daerah lain ‘terlupakan’ ? Padahal Indonesia bukan cuma Jakarta kan? Memangnya daerah lain nggak butuh hiburan dan teknologi maju? Makanya sebaiknya yg dibangun jangan cuma Jakarta dan sekitarnya dong? 😉
LikeLike
Yg paspor kalo gak salah di Batam bisa juga
LikeLike
Surabaya jg kayanya bisa
LikeLike
Mantep kalo gitu mbak Aqied 🙂
LikeLike
Baguslah kalo gitu mbak, nggak cuma di Jakarta 😉
LikeLike
Daerah lain yang menghasilkan uang bertriliun-triliun dari tambang dan kebun sawit dibawanya juga ke Jakarta.
Makanya orang daerah ke Jakarta nyari uang mereka yang dibawa kesana, 🙂
LikeLike
Hahah.. Bok ya ditinggal sebagian gitu di daerah ya mas? 😀 masak justru daerah penghasil triliunan2 itu yg ‘kering kerontang’…
LikeLike
Aku pindah ke Jakarta dan ngerasain banget bedanya nyawa seni di Jakarta dan di daerah. Kesempatan nonton konser, apalagi musik klasik, jauh lebih besar di Ibukota. Aku setuju mesti ada pemerataan kesempatan, fasilitas mesti dibangun supaya anak di daerah bisa dengar pianis besar atau bahkan Bon Jovi konser. Kebayang kalau Bon Jovi konser di Balikpapan orang Jakarta pasti pada beli tiket ke Balikpapan!
Btw, nonton U2 di kampung halamannya aja, di Dublin 😋
LikeLike
Mbak Ailsa, bawa aku ke Dublin mbaak XD mudah2an suatu hari nanti, orang Jakarta pada datang ke Balikpapan konser akbar 😉
LikeLike
*pada datang ke Balikpapan nonton konser akbar* maksudku 😀
LikeLike
Kita musti menjakartakan kota2 lain di indonesia atau kita mesti membagi porsi yg ada di jakarta menuju kota2 lain enaknya nih? Heheh
LikeLike
kalau menurut aku mah, sebaiknya jangan semua terpusat di Jakarta. Selama ini kan, pusat pemerintahan, pusat budaya, pusat politik, pusat bisnis, dlst, semua di Jakarta. Sekarang mulai dibagilah ke daerah. Indonesia bukan cuma Jakarta toh?
LikeLike
Mess, kota aku tinggal disini bukan ibukota tapi semua yg pengen kamu liat di Jkt itu justru mainnya di kota aku.
Semua konser besar di kota aku mainnya begitu jg dgn summer2 festival. Terus Brussels sebagai ibukota dpt apa? Ya mereka ada stadium sih disana, kota ku gak!
Tp emang gak fair kl aku bandingin Jkt sama Kalimantan, jaraknya aja jauh yah, jd bukan perbandingan apple to apple emang 🙂
LikeLike
lah di sana malah kebalikannya Indonesia ya mbak hihihii XD apa aku pindah ke kota mbak aja? *mupeng* 😀
LikeLike
sebagai mantan anak Jakarta yang kini bermukim di Tangerang Selatan (podo waeeee) =)) kadang gw juga ngerasa gitu kok! saking kota ini pusat segala-galanya wajar saya ramai, infrastrukturnya ngga siap akhirnya…berantakan! harusnya bagi-bagi tugas sama kota lain ya? biar ngga numpuk semuanya di sini.
btw, aku nonton konser U2 di Berlin bulan September lalu…*siul siul bahagiaaaa*
LikeLike
Hahahh, bahkan penduduk Tangsel pun mikirnya gitu kan? Iya setuju mbak, sebaiknya berbagilah. supaya pembangunan merata, nggak cuma Jakarta yang ‘kinclong’ sendirian. Nanti kalo mau nonton konser U2 lagi, ajak2 aku mbak XD
LikeLike
Sebagai ex anak Jakarta aku ngerti tulisan kamu Mes. Sekarang aku tinggal di desa kecil di Belanda, events yang ok, konser musik juga diadakannya dikota besar (Amsterdam, Utrecht, Den Haag, Rotterdam). Ngga fair rasanya 🙂
LikeLike
padahal orang daerah pun butuh hiburan juga kan mbak? Masak cuma di ibukota.. Hiks 😦
LikeLike