Nasi Goreng

nasi goreng

Pernahkah Anda sadari bahwa, untuk menghasilkan sepiring nasi goreng (nasgor) yang bisa anda nikmati saban pagi/siang/malam di restoran favorit Anda atau di rumah Anda, diperlukan proses yang panjang, hingga akhirnya ia bisa tampil begitu rupa di hadapan Anda dan sukses ‘menyenangkan’ lidah serta perut Anda.

Pertama, mesti ada nasi yang berasal dari padi. Padinya mesti di tanam dulu oleh petani di sawah. Dipelihara dengan telaten selama sekian bulan, panen, kemudian digiling, hingga muncullah beras. Lalu beras dimasak menjadi nasi.

Kedua, telur ayam (kalau Anda ingin nasgor pakai telur). Ayamnya mesti dipelihara dulu dengan tekun oleh peternak ayam selama sekian bulan supaya ayamnya menghasilkan telur yang baik.

Ketiga, yaitu bawang, daun bawang, seledri, dan cabai (saya suka memakai ke empat bahan ini kalau masak nasgor). Semua bahan tersebut mesti ditanam dulu oleh petani. Dipelihara dengan baik, sampai akhirnya panen. Dijual ke pasar, lalu Anda beli.

Keempat, kecap (belum afdol rasanya kalau nasgor tidak pakai kecap). Bahan dasar kecap (yang biasanya saya pakai dirumah) adalah kedelai hitam. Petani mesti menanam kedelainya dulu. Dipelihara, panen, di jual ke pabrik pembuatan kecap, diolah di pabrik kecap, di jual ke pasar dan akhirnya sampai ke tangan Anda dalam wadah botol maupun plastik.

Kelima, saus tiram (kalau mau tambah afdol nasgornya pakai ini :D). Tiramnya dipelihara, dipanen, lalu diproses sedemkian rupa hingga akhirnya menjadi saus tiram yang biasanya kita beli dalam wadah botol.

Last but not least, garam. Garam biasanya diperoleh dari lautan. Petani garam tentunya yang mengolah air laut hingga menjadi garam, dipanen, lalu di proses lagi hingga menjadi garam yang akhirnya bisa digunakan untuk memasak.

Kalau Anda mau menambahkan udang, timun, wortel, tomat, dll, ke dalam nasi goreng Anda, silahkan saja. Tapi beberapa bahan diatas menurut saya adalah bahan standar untuk nasi goreng. (Oiya, hampir lupa, minyak goreng untuk menggoreng :D).

***

Setelah bahan-bahannya lengkap tersedia di pasar, Anda harus pergi dulu membelinya. Tidak mungkin kan semua bahan itu jalan sendiri datang ke dapur Anda :D. Kemudian setelah bahan-bahannya tiba di dapur Anda, tidak mungkin juga dong hanya dengan mengucapkan sim-salabim, nasi goreng enak langsung tersedia di meja makan (kecuali Anda hidup di Istana Negeri Dongeng-nya majalah Bobo :D). Mereka harus diproses lagi. Diperlukan tangan chef yang handal untuk memrosesnya.

Bahan-bahannya mesti dicuci bersih dulu, dipotong-potong, lalu di masak di dalam wajan di atas api, kemudian di coba rasanya apakah sudah pas di lidah atau apakah sudah layak untuk dimakan atau untuk diberikan kepada tamu/pembeli. Dan setelah nasgor matang, ia pun di masukkan ke dalam piring dan segera disajikan ke hadapan Anda.

***

Begitu juga misalnya kalau anda ingin menjadi pribadi yang baik, tangguh dan bijaksana, diperlukan proses panjang yang mungkin akan memakan waktu bertahun-tahun, belasan tahun atau bahkan puluhan tahun. Seringkali prosesnya tidak enak, ‘keras’, harus menaklukkan ego, membuang kesombongan, ‘menelan’ gengsi, membangun kerendah-hatian, mau belajar, dlsb. Tidak ada jalan pintas menuju kesana. Bahkan Yesus sendiri (yang notabene Tuhan yang saya kenal itu) mesti melalui proses penyaliban yang menyakitkan untuk suatu karya penyelamatan yang sempurna bagi umat manusia.

Demikian juga halnya kalau anda ingin menjadi suami atau istri yang baik, anak yang baik, atau pemimpin orkestra yang baik, awak kapal yang handal, penulis yang handal, penyanyi yang baik, pianis yang baik, pesepakbola yang handal, tukang kayu yang handal, dan berbagai macam keinginan atau cita-cita mulia/positif lainnya.

***

Maka, sebagaimana halnya padi, bawang, garam, serta bahan-bahan lainnya itu ‘pasrah’ kepada petani untuk diproses menjadi bahan-bahan berkualitas baik, kemudian pasrah di tangan Anda ataupun di tangan chef untuk diproses lagi agar mereka akhirnya menjadi nasi goreng yang mantap, demikian jugalah kiranya Anda mau ‘pasrah’ kepada proses yang akan membawa Anda menuju cita-cita Anda yang positif itu.

Nikmatilah prosesnya. Biarkan ia menempa Anda. Jangan dilawan. Kalau dilawan, Anda takkan pernah sampai ke tujuan Anda.

19 Replies to “Nasi Goreng”

  1. satu point lagi yg bisa kutambahkan… jangan sisakan nasi sebutir pun di piring, karena sebutir nasi tersebut adalah hasil proses yang panjang…
    mubazir… ^_^

    Like

  2. thank you buat renungannya mbak, sometimes kita sering lupa prosesnya – langsung cepat-cepat ‘santap’ tanpa pernah mikir bagaimana prosesnya :]

    Like

  3. nice perspective,
    one of the most important fo make a pluffy and separated grain nasi goreng is to chilled the cooked rice prior to cooking,
    i’m telling you that you’re a wise person ito’

    Like

  4. yak, suka banget dengan kalimat ‘nikmati prosesnya’ maka kita akan merasa senang melakukannya 🙂

    Like

  5. inspirasi dari sepiring nasi goreng. keren. dan mudah-mudahan yang menemukan nasi goreng dimasukkan dari surga.

    Like

Comments are closed.